Rabu, 14 Desember 2011

STRATEGI PEMBELAJARAN TERBIMBING

A.   Pendahuluan
Terlintas dalam benak penulis sebuah kata hikmah الطريقة أهم من المادة yang berarti bahwa suatu metode pembelajaran itu lebih penting dari materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini dapat dipahami bahwa guru haruslah pandai menerapkan metode yang tepat dalam pembelajaran yang akan disampaikan di depan kelas sesuai dengan materi yang diajarkannya.
Dalam makalah ini disajikan sebuah metode pembelajaran terbimbing yang diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan potensi yang ada pada dirinya. Melalui strategi ini, diharapkan dapat menumbuhkembangkan aspek-aspek kecerdasan yang ditawarkan oleh Howard Gardener dalam Multitiple Intelligencesnya. Dengan kata lain, guru perlu memahami aspek-aspek kecerdasan apa yang mungkin akan dikembangkannya melalui metode pembalajar ini, sehingga proses pembelajaran guru dapat menciptakan pembelajaran yang tidak hanya mengasyikan dan menggairahkan, tetapi juga menciptakan pembelajaran yang penuh dengan makna.
Apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran terbimbing itu? Bagaimana langkah-langkahnya? Bagaimana hubungan strategi ini dengan aspek-aspek kecerdasan yang diperoleh melalui pembelajaran ini?

B.   Strategi Pembelajaran Terbimbing
           1.   Pengertian
Strategi pembelajaran terbimbing merupakan suatu strategi pembelajaran yang dapat diaplikasikan sebagai selingan dalam proses pembelajaran dengan cara mengajukan satu atau beberapa pertanyaan yang disajikan kepada siswa guna mengetahui tingkat kemampuan siswa mengenai suatu materi tertentu atau untuk memperoleh hipotesa atau kesimpulan kemudian mengelompokannya dalam kategori-kategori tertentu. Metode ini bisa digunakan sebelum guru memaparkan apa yang akan diajarkan, terutama materi yang berkaitan dengan konsep-konsep yang abstrak[1].
Tujuan pertanyaan guru yang diajukan kepada siswa bukanlah semata-mata untuk memperoleh jawaban, dengan kata lain bahwa apapun jawaban yang diberikan siswa bukanlah perioritas utama agar siswa menjawab dengan benar, kemudian guru menjustifikasi jawaban itu dengan perkataan “benar” atau “salah”. Yang terpenting dalam penggunaan strategi ini adalah sejauh mana guru dapat menghargai usaha siswa melalui jawaban-jawaban yang diberikan, serta dijadikan sebagai fasilitas bagi guru untuk mengasah keterampilan berfikir dalam tingkatan yang lebih tinggi[2].

            2.    Langkah-langkah
Empat prosedur yang yang dapat ditempuh guru untuk mengaplikasikan strategi dalam pembelajaran ini  adalah sebagai berikut[3].
a.    Guru mengajukan satu atau beberapa pertanyaan yang bertujuan untuk mengukur kemampuan pemikiran dan pemahaman yang dimiliki siswa;
Menurut S. Nasution (1995: 161) fungsi pertanyaan yang diajukan guru siswa sebagai berikut[4].
1)     Mendorong anak untuk berfikir memecahkan suatu permasalahan;
2)     Membangkitkan pengertian lama maupun baru;
3)     Menyelidiki dan menilai penguasaan siswa tentang bahan pelajaran;
4)     Membangkitkan minta siswa terhadap meteri tertentu sehingga timbul keinginan untuk mempelajarinya;
5)     Membantu anak menginterprestasi dan mengorganisasi pengetahuan serta pengalamannya;
6)     Menunjukan kepada siswa poin-poin penting dalam pembelajaran;
7)     Meningkatkan kepercayaan siswa;
8)     Menarik perhatian anak atau kelas.
b.    Guru memberikan kesempatan beberapa saat kepada siswa untuk memikirkan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Pada tahap ini guru memeberikan keluasan kepada siswa untuk menjawabnya secara berpasangan atau berkelompok;
c.    Guru meminta siswa untuk menyampaiakan hasil jawabannya serta mencatat jawaban-jawaban yang mereka sampaikan. Apabila memungkinkan catat jawaban-jawaban tersebut kemudian dikelompokan dalam kategorinya masing-masing secara terpisah yang akan dijadikan sebagai bahan dalam pembelajaran;
d.    Guru menyajikan poin-poin pembelajaran yang akan disampaiakan, serta meminta siswa untuk menjelaskan kesesuaian jawaban dengan poin-poin pokok pembelajaran. Pada tahapa akhir ini guru hendaknya mencatat gagasan  atau poin-poin yang dapat memperluas pokok bahasan dalam pembelajaran.

     3.    Pengaruh Strategi Pembelajaran Terbimbing terhadap Multiple Intellegences Siswa
 Sebagai salah satu respon terhadap pengukuran kecerdasan yang dipelopori oleh Alfred Binet yang berkembang pesat pada tahun 1900-an dengan penciptaan tes IQ dengan mengembangkan alat yang dapat mengenali anak-anak dengan mental terbelakang dan membutuhkan bantuan ekstra[5]. Singkatnya, Gardener menciptakan delapan kecerdasan yang dikenal dengan Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk), yaitu: linguistic (bahasa), logika, musical, kinestetis tubuh, spasial, naturalis, interpersonal, dan interpersonal[6].
Strategi pembalajaran terbimbing memungkin guru untuk mendongkrak potensi kecerdasan yang dimiliki siswa dalam aspek-aspek  berikut.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa merupakan stimulus atau rangsangan untuk mendorong kreatifitas pemikiran siswa dalam belajar. Dengan demikian, profit yang akan diperoleh siswa  akan berkembangnya kecerdasan verbal atau linguistik, karena dengan cara ini memungkinkan guru membimbing serta melatih siswa terbiasa berbicara dengan jelas, sehingga siswa terlatih merespon sesuatu secara tepat dengan memberikan jawaban dengan kata-kata secara efektif.
Memberikan keluasan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan baik dengan teman sebangku atau kelompok yang sengaja dibuat, siswa secara langsung siswa berinteraksi dan bekerja sama dengan temannya yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan selain kecerdasan linguistik juga kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonalnya.
Dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung, guru tidak hanya membantu siswa mendirikan konseptual dalam saraf-saraf otak siswa yang lebih mendalam, tetapi juga membangun kaitan yang lebih kuat serta lebih banyak lagi menekankan proses pembelajaran yang lebih berarti dan menggairahkan siswa untuk mengembangkan dan meningkatkan. Dengan cara ini, tidak hanya kecerdasan linguistik yang terlatih, tetapi juga siswa terlatih untuk berpikir secara logis.
Pada saat siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru (langkah ketiga dalam strategi ini), Jika memungkinkan, siswa bisa juga diberi kesempatan untuk mempresentasikan jawabannya di depan kelas,. Manfaat yang diperoleh siswa, selain akan mengembangkan kecerdasan-kecerdasan tersebut di atas, juga memungkinkan berkembangnya kecerdasan kinestetik siswa.
Cara yang dapat dilakukan  guru pada saat menyajikan poin-poin pembelajaran adalah melalui Mind Mapping (peta pikiran). Metode ini didasarkan pada suatu penelitian tentang  cara kerja otak dalam memproses informasi dengan beragam cara, baik dalam bentuk gambar warna-warni, simbol, bunyi, perasaan, dan lain-lain. Peta pikiran merupakan metode mencatat kreatif yang dapat memudahkan mengingat banyak informasi, serta lebih mudah dalam mengingat informasi, karena melibatkan kedua belah otak[7].
Cara yang dapat dilakukan guru, catat poin-pon pembelajaran di papan tulis (sarana lain) dengan membentuk sebuah pola gagasan yang saling berkaitan, dengan topik utama di tengah dan sub topik dan perinciannya menjadi cabang-cabangnya. Hendaknya kapur atau alat tulis yang digunakan berwarna-warni yang dapat merangsang otak bekerja lebih optimal dalam menerima informasi. Lengkapi juga dengan gambar atau simbol-simbol lainnya[8].

C.    Kesimpulan
Strategi pembelajaran terbimbing merupakan salah satu metode yang dapat diaplikasikan sebagai selingan di tengah-tengah pembelajaran yang sedang berlangsung guna mengasah keterampilan pemikiran siswa terhadap poin-poin pembelajaran. Metode ini juga bisa diaplikasikan pada saat pembelajaran akan dimulai yang bertujuan untuk merecall ingatan siswa tentang berbagai informasi yang diperoleh dari pembelajaran-pemebalajaran sebelumnya.
Melalui strategi ini dapat melatih kecerdasan linguistik,  logis, interpersonal, intrapersonal, dan kinestetik. Aspek kecerdasan lainnya juga masih bisa dimungkinkan bisa dikembangkan, ketika guru mampu mengolah metode ini secara inovatif guna menciptakan pembelajaran yang lebih mengasyikan, menggairahkan, dan lebih bermakna.
Dalam menyajikan poin-poin pokok pembelajaran guru dapat mengembangkan strategi pembelajaran terbimbing ini melalui  metode peta pikiran (Mind Mapping). Pembuatan mind mapping tidak hanya melalui cara manual, tetapi juga, guru bisa merancangnya dengan menggunakan teknologi modern.

DAFTAR PUSTAKA

DePorter, Bobbi, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie. Quantum Teaching: Mempraktikan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas, terj. Ary Nilandari. Bandung: Kaifa, 2007.
Hoer, Thomas, R.  Multiple Intellegences, terj. Ary Nilandary. Bandung: Kaifa, 2007.
Melvin L. Silbermen, Melvin L. Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject, terj. Raisul Muttaqien. Bandung: Nusamedia, 2006.
Nasution, S. Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung: Bumi Aksara, 1995.
Zaini, Hisyam, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani . Strategi pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: CTSD, 2002.


             


[1] Melvin L. Silbermen, Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject, terj. Raisul Muttaqien (Bandung: Nusamedia, 2006), hlm. 130.
[2] Bobbi DePorter, Mark Reardon, dan Sarah singer-Nourie, Quantum Teaching: Mempraktikan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas, terj. Ary Nilandari (Bandung: Kaifa, 2007), hlm. 155.
[3] Melvin L. Silbermen, Active Learning… , hlm. 130 – 131. Lihat juga, Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani , Strategi pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi (Yogyakarta: CTSD, 2002), hlm. 35.
[4] S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar (Bandung: Bumi Aksara, 1995), hlm. 161.
[5] Thomas R. Hoer, Multiple Intellegences, terj. Ary Nilandary (Bandung: Kaifa, 2007), hlm. 8.
[6] Ibid., hlm. 15.
[7] Bobbi DePorter, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie, Quantum Teaching… , hlm. 175 – 176.
[8] Ibid., hlm. 176 – 178.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar